Thursday, October 17, 2013

cerpen [Kisah Gadis Yang Ku Sebut "Aku"]

Anak remaja dari 5 bersaudara itu bernama Citra Annisa, yang akrab di panggil Citra. Saat itu umurnya masih tergolong muda (15thn)

Terdapat bangunan tua yang sudah berdiri sejak puluhan tahun yang lalu hingga sekarang ini, tepatnya di ujung jalan A.P.Pettarani adalah salah satu tempat Citra menuntut ilmu. Saat itu Citra masih berstatus siswa baru di sekolah itu, masih asing dengan suasana di dalamnya. Citra yang masih murid baru harus pandai-pandai menyesuaikan diri, menjaga sikap, dan lain sebagainya.

Saat itu, kondisi yang kurang sehat sangat mengganggu aktivitasnya sehari-hari. Termasuk pada saat Citra berada di sekolah. Hari demi hari Citra jalani semua ini dengan perasaan yang kurang nyaman, mencoba untuk tidak mengeluh tapi apa daya Citra tidak sanggup bila harus seperti ini setiap harinya. Citra yang sering kali menyembunyikan semua ini dari kedua orang tua dan juga teman dekatnya. Karena Citra takut saat ayah dan ibu tahu apa yang telah Citra sembunyikan ini, konsentrasi mereka dalam bekerja akan terganggu. Citra tidak ingin membebani mereka bila Citra mengeluh kesakitan, Citra juga tidak ingin membuat mereka panik dan harus membawanya ke rumah sakit dan mengeluarkan banyak biaya untuk pengobatan anaknya ini. Citra tahu masih banyak keperluan lain yang harus di penuhi, maka dari itu Citra tidak ingin menceritakan apa yang sebenarnya terjadi terhadap dirinya. Citra meyakinkan dirinya "suatu saat aku akan sembuh".

Tetapi, apa yang Citra yakinkan saat itu mungkin tidak seperti yang ia harapkan.  Kegiatan-kegiatan di sekolah semakin banyak, belum lagi saat itu Citra mengikuti ekstrakulikuler (pramuka) dan fisika club di sekolah dan di tambah dengan tugas kelompok (bila ada) yang membuat jam istirahatnya semakin sedikit. Citra memaksakan diri untuk menjalani kegiatan-kegiatan tersebut dengan kondisi yang seperti ini dan sangat jarang memikirkan kesehatannya yang semakin hari semakin lemah. Singkat cerita, saat itu sekolahnya mengadakan acara tahunan (porseni). Karena sering memaksakan diri, akhirnya Citra harus terbaring di atas tempat tidur rumah sakit sehingga Citra tidak bisa mengikuti kegiatan tersebut. Suasana di ruang IRD terasa sesak. Banyaknya pasien yang berdatangan serperti susah untuk menghirup udara segar. Pemeriksaan tensi, suhu tubuh, pengambilan darah, serta pemasangan infus telah ia jalani. Setelah beberapa jam menunggu, tiba-tiba dokter datang dan memberitahukan hasil pemeriksaan tadi. "Citra mengalami infeksi lambung yang dapat berakibat fatal dan juga HB yang sangat rendah" kata sang dokter. Citra berharap semoga ini untuk yang ke-2 dan terakhir kalinya Citra di rawat di R.S . Citra tidak mau orang-orang di sekitarnya cuma merasa kasihan dengan keadaannya, tetapi ia ingin orang yang benar-benar peduli terhadap dirinya.

Teman-teman Citra yang sedang mengikuti kegiatan porseni di sekolah harus membuang sedikit waktunya untuk datang menjenguknya. Disaat Citra mengharapkan seseorang untuk datang menjenguk ternyata mempunyai banyak urusan di luar. Entah itu sekedar alasan yang di buat-buat ataukah dia memang tidak punya niat sama sekali untuk melihatnya yang sedang terbaring lemah sekarang ini. Mungkin dia tidak mau lagi mengetahui kondisi Citra saat ini. Sejak Citra masuk sampai ia di persilahkan oleh dokter untuk rawat jalan, seseorang yang Citra tunggu itu sama sekali tidak memperlihatkan batang hidungnya. Hingga sekarang Citra tahu dia yang dulu ia anggap baik dan akan peduli dengannya ternyata hanya sekedar khayalan Citra saja.

Citra ingin melupakan kejadian itu, Citra tidak mau dia menjadi salah satu beban pikirannya. Semoga Citra tidak lagi menyusahkan orang-orang di sekelilingnya, terutama untuk Ayah dan Ibu yag selalu meluangkan waktunya untuk anak-anaknya.

***
Disaat Citra akan beranjak dewasa, Citra berpikir apakah ia dapat bersikap lebih bijaksana, dapatkah Citra berbuat seperti apa yang ia katakan, mengatur dan mengubah kebiasaan yang buruk menjadi lebih baik. Berbagai pertanyaan seketika terlintas di benaknya, tak ada jawaban yang Citra dapatkan dan keraguanpun selalu menyelimuti pikirannya. Lagi dan lagi pertanyaan itu selalu saja teringat ketika Citra sedang tidak mempunyai aktivitas, yaah sebut saja di saat Citra sedang melamun.

Menurut Citra, ia belum terlalu dewasa. Biasanya seusia Citra menyebutnya "masih labil". Yah, mungkin Citra termasuk dalam kategori yang tadi. Citra masih sering nangis di saat ada sesuatu yang Citra inginkan tapi tidak di penuhi. Kadang Citra memakai cara untuk merayu Ayah Ibunya agar permintaannya dapat terpenuhi, Citra memakai cara ngambek dan menyendiri di kamarnya. Terkadang cara yang ia gunakan itu berhasil meluluhkan hati orang tuanya (dasar anak kecil :D).

Kamar tidur miliknya yang sering ia gunakan untuk memanjakan dirinya itu. Ia terbaring di tempat tidur, Citra memikirkan apa yang baru saja iya lakukan. Seketika Citra termenung "Seharusnya aku tidak boleh bersikap seperti itu, mungkin sebaiknya aku tidak memenuhi dan mengikuti apa yang aku inginkan. Tetapi memenuhi apa yang aku butuhkan saja, sehingga hasilnya dapat bermanfaat".

***
Tidak terasa Citra sudah hampir setahun menuntut ilmu di sekolah itu, semester 2 pun akan berakhir. Seluruh siswa kelas X sudah melewati tahap pertama dan telah menentukan jurusan mereka masing-masing. Saat itu Citra dan juga teman dekatnya memilih jurusan Ipa.

Saat Citra menduduki kelas XI, banyak cerita yang terukir pada masa-masa itu. Teman-teman sekelas Citra mempunyai karakter yang berbeda-beda. Karena saat itu di kelas Citra sekarang ada beberapa siswa siswi dari berbagai kelas, ada yang dari kelas X3, X5, X7, X8, dan juga X9. Tentu saja mereka semua belum saling mengenal satu sama lain, yaa paling-paling mereka hanya kenal muka. Mungkin pernah melihat tapi tidak tahu nama. Citra dan juga teman kelasnya masih harus menyesuaikan dirinya kembali.

"Krrriiiiiiing....." bel berbunyi. Citra hanya mengisi jam istirahat itu dengan ngobrol dan bercanda dengan teman kelasnya di waktu kelas X dulu, yang sekarang sekelas lagi dengan Citra. Begitu juga yang dilakukan beberapa teman Citra lainnya. Lambat laun mereka semakin akrab. Citra yang awalnya di kenal pendiam ternyata tidak seperti yang teman-temannya bayangkan.

Pada saat pemilihan ketua kelas, wakil ketua kelas, sekertaris, dan bendahara, Citra mengajukan tangan dengan perasaan yang masih penuh dengan keraguan. Setelah pemilihan berlangsung hingga selesai, sorakan di kelas XI IPA 5 secara perlahan padam. Saat hasilnya di bacakan, ternyata yang terpilih menjadi ketua kelas adalah Ahmad Sajjad, Wakil ketua kelas ........., sekertaris Atikah Aryani, dan Citra menjabat sebagai bendahara kelas. Pekerjaan sebagai bendahara tentu saja memegang dana kelas dan juga sebagai penagih uang. Suara adalah salah satu modal Citra dalam menagih (hahaha kasihan). Cukup sulit dalam pekerjaan ini tapi apa boleh buat, ini adalah bagian dari tanggung jawab Citra sendiri.

Sebagian di antara teman-teman Citra pernah mempunyai perasaan lebih dengan teman sekelasnya sendiri. Salah satunya adalah ketua kelas XI IPA 5, teman Citra yang akrab di panggil Sajjad mempunyai perasaan suka dengan seorang gadis cantik bernama Rafiqah. Ada juga bernama Bayu yang suka dengan teman Citra yang akrab di panggil Uni dan juga bendahara kelasnya (-,- anak jaman sekarang).

Ada kejadian kecil yang pernah Citra alami saat di kelas XI, cukup menjengkelkan menurutnya, tetapi kelihatan lucu menurut teman sekelas Citra. Salah satu kerjaan seseorang kakak kelas yang lumayan jail. Citra menyimpan sepatunya di pojokan, ia berniat menjemur sepatunya yang habis Citra gunakan sehabis berwudhu. setelah shalat dzuhur telah usai, Citra bergegas mengambil sepatunya yang ia sandarkan di pojokan lantai 2 tadi. Citra kebingungan mencari sepatunya yang sebelah kiri itu, samapai-sampai ia meminta bantuan temannya. Ternyata sepatu Citra yang sebelah itu sudah berada di lantai 1. Kebetulan di lantai 1 ada beberapa laki-laki yang masih nongkrong di sekitar situ, kami pun berniat meminta bantuan laki-laki yang merupakan kakak kelas kami untuk melemparkan sepatu Citra. Tetapi, sepatu Citra di jadikan sebagai bahan tertawaan mereka. Citra kesal saat ia melihat sepatunya di bawa dengan seorang kakak kelas tadi. Citra kembali kekelas, meninggalkan kedua temannya tadi dengan perasaan jengkel. Saat itu Citra nangis karna ulah kakak kelas itu. Yang ada di pikiran Citra saat itu "apakah aku harus bertelanjang kaki saat pulang? jalan tanpa alas kaki sebelah yang tidak habis ia pikirkan". Banyaknya teman sekelas Citra bertanya "Cit, kok kamu nangis sih? ada apa?" kata beberapa teman sekelas Citra. Citra yang di serbu dengan berbagai pertanyaan membuatnya semakin nangis, dan Citra tidak menjawab pertanyaan teman kelasnya itu.

Ketika pelajaran terakhir akan dimulai, tiba-tiba terlihat sosok kakak kelas tadi di depan pintu kelas Citra, ia berniat untuk meminta maaf kepada Citra. Ucapan maaf yang di ucapakan berulang kali oleh kakak kelas itu membuat Citra malu untuk menaikkan kepalanya dari atas mejanya. Akhirnya Citra luluh dan mau memaafkan ulah kakak kelasnya itu.

***

Citra tidak pernah menyangka bisa akrab dengan seniornya itu, keakraban mereka di mulai pada jejaring sosial (twitter). Citra yang awalnya tidak sadar kalau orang yang ia temani mentionan itu adalah kakak kelasnya yang pernah membuat Citra nangis. Hingga saat itu, kakak kelas itu yang membuat Citra sadar. Citra yang sering kali mentionan dengan seniornya itu membuat mereka semakin akrab. Candaan, curhat, dan lain sebagainya menjadi bahan pembicaraan mereka saat mentionan, sms, ataupun bman. Ucapan selamat pagi yang tidak mereka ungkapkan langsung kepada orangnya adalah cara mereka menyembunyikan sesuatu.

Keakraban Citra dengan seniornya tidak berlangsung lama, hanya 3 bulanan lebih saja. Adanya masalah di antara mereka membuat Citra dengan seniornya seperti tidak saling kenal. Dalam sekejap perubahan-perubahan itu terjadi. Alasannya cukup sulit untuk di tebak. Saat itu Citra sering kali meluangkan waktunya untuk membuka blog miliknya.

Kadang Citra melamun saat berada di kamar tidurnya, mikirkan sosok orang yang kini telah pergi. mengingat kisahnya yang kini telah menjadi kenangan. Mengingat..Mengingat...dan Mengingat akhirnya meneteskan air mata. Mungkin Citra yang terlalu berharap lebih darinya ? ataukah dia yang melebihkan segala sesuatunya sehingga sulit bagi Citra untuk melupakannya. Hari demi hari Citra jalani, membiasakan diri tanpa ada lagi ucapan "Selamat Pagi" darinya. Dan Citra hanya menyemangati dirinya sendiri agar tidak memikirkan hal itu lagi. "AKU BISA tanpa mu!! :')" kata Citra dalam hati.


BLOG....
"Aku nulis ini dengan perasaan yang tdk pernah kamu tahu. menatap sebuah layar, melihat mu dari dunia maya, menatap mu secara spontan dan dari kejahuan. Kamu tak pernah ingin tahu apa yang aku rasain. Asli kamu cuek banget..

Harus kah aku mempertahankan sosok orang yang seharusnya aku lepaskan? sosok orang yang tak pernah memperdulikan akan hadirnya diriku. Apakah aku harus terus berharap atas adanya kabar darimu ? menyapa ku terlebih dahulu saat aku tak pernah mengharapkan hal itu, itu dulu.. saat kamu dan aku belum ada hubungan 'pacaran'.

Sekarang lihatlah dirimu, lihat kelakukan mu yang tak lagi sama seperti dulu. sekarang sebuah perhatian, memberi kabar menjadi pertimbangan olehmu. apakah kamu tahu, aku sedang merindukanmu?? Sepertinya tidak. Aku mencoba merangkul kesepianku agar tidak terlalu merindukanmu.
Kadang aku menunggumu untuk memberikan kebahagian nyata untukku. apakah harapan ku itu hanya sia-sia, karna telah hadirnya seorang perempuan yang kamu anggap penting dari diriku ? . aku tak bisa memaksakanmu, itu adalah pilihanmu.
 
Ingatkah engkau atas ucapan yang telah kamu lantunkan untukku?? kata-kata yang membuatku merasa senang. pernahkah kamu berpikir bahwa apa yg telah kamu janjikan kepada seseorang akan percuma, tdk akan pernah terwujud dan membuat org tersebut terluka. Semua hal yg penting kamu abaikan. Kamu egois, hanya memikirkan dirimu agar kau senang tanpa mengetahui bahwa dia sdng terluka. Kamu merangkai kata seindah mungkin sehingga seseorang mempercayainya. Dengan susahnya kamu merangkainya tapi dengan mudahnya kamu mengingkarinya. Ku ingin kamu menyadari atas apa yang telah engkau perbuat. Jangan mengucapkan se-KATA pun kalo itu hanya sebuah rayuan/gombalanmu terhadap wanita. Jangan memberikan harapan jika bukan Aku orangnya. Dan jangan memberikan perhatian lebih karna itu hanya membuat seorang wanita merasa dilebihkan olehmu, sehingga wanita itu berpikir bahwa kau menyimpan perasaan untuknya.....

............
Aku akan melangkah jauh, sejauh mungkin. Sehingga aku dapat melupakanmu. Apa yang engkau mau semoga itu yang terbaik. Kamu berjalan dan Aku pun begitu, berjalan kearah yang berbeda. Kita tak searah, kita tak sepikiran, harapan kita sama yaitu "BISA BAHAGIA" tetapi tujuan kita yang berbeda.
Kita teman, kita saudara, dan tak akan pernah ada kata musuh diantara kita. Dan tak ada rasa benci yang tersimpan #semoga". "Love brings me to another planet where I can find the body to put my heart there"-(Aulia Nurul Adiyah)-" saat Citra bercerita pada blog miliknya.

Wednesday, October 9, 2013

Sebuah meja gambar yang mempunyai panjang sekitar 3,5m dan lebar 5m terletak tak jauh dari kamar tidurku. Meja itu adalah tempat dimana ayahku menuangkan karya-karyanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga kami.